Mengapa Kita Harus Menangis ?
Berapa banyak di antara kita yang pernah menangis karena terharu dan bahagia?
Berapa banyak di antara kita yang pernah menangis karena kehilangan kasih orang yang dicintainya?Berapa banyak pula di antara kita yang pernah menangis karena gagal memperoleh apa yang diiinginkannya dalam hidup ini?
Berapa banyak di antara kita yang pernah menangis karena kehilangan kasih orang yang dicintainya?Berapa banyak pula di antara kita yang pernah menangis karena gagal memperoleh apa yang diiinginkannya dalam hidup ini?
Tetapi, pernahkah kita seumur hidup menangis karena Allah? Menangisi dosa-dosa kita? Menangisi kelemahan kita di hadapan Allah?. Tentu kita bertanya, apakah menangis itu disukai Allah? Apakah Allah menyukai orang-orang yang cengeng (suka menangis)? Bagi kita manusia tentu tidak suka kalau ada teman/kerabat kita yang suka menangis alias cengeng, apapun alasannya. Kita menganggap tangisannya itu hanya akan menambah luka dan beban bagi yang melihatnya. Namun, tahukah kita bahwa bagi Allah ada satu tangisan yang sangat disukai dari hamba-Nya? Yaitu seseorang yang menangis karena takut kepada Allah. Itulah tangisan yang sangat disukai oleh-Nya. Dari Abu Umamah radhiyallahu ’anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda, Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetesan dan dua bekas. Tetesan air matakarena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah di jalan Allah. Sedangkan dua bekas itu adalah bekas-bekas fii sabilillah (jihad) dan bekas-bekas mengamalkan kewajiban Allah. (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhiya’).
source: ruangperempuan.com
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, bahwa Nabi ﷺ bersabda, Dua mata yang tidak akan disentuh oleh neraka; mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga karena berjihad di jalan Allah. (HR. At-Tirmidzi).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma, bahwa Nabi ﷺ bersabda, Dua mata yang tidak akan disentuh oleh neraka; mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga karena berjihad di jalan Allah. (HR. At-Tirmidzi).
Di dalam Al Quran, Allah juga berfirman, “…Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” Dan mereka menyungkur atas muka merekasambil menangis dan mereka bertambah khusyu’. (Q.S. Al Israa: 107-109)
Kita tidak bisa tiba-tiba menangis karena Allah begitu saja, kita tidak bisa merencanakan tangisan ini. Akan tetapi tangisan ini, timbul karena takut kepada Allah, bergetar hatinya karena nama Allah disebut. Oleh karena itu inilah tangisan keimanan, tangisan kebahagiaan dan tangisan hanifnya jiwa.
Mengingat keutamaan itu, kita seharusnya intropeksi apakah selama ini kita pernah menangis karena takut kepada-Nya? Ataukah selama ini kita hanya menangis karena urusan-urusan dunia yang luput dari kita. Kehilangan harta, pekerjaan, anak, pangkat/jabatan itulah yang terkadang membuat kita sering menangis. Tentunya menangis karena hal ini hanya akan menjadikan air mata yang keluar sia-sia. Artinya kita tidak akan mendapatkan manfaatnya apalagi pahala. Bahkan kerugian yang akan kita dapatkan bila terlalu lama larut dalam kesedihan karena menangisi urusan-urusan duniawi seperti itu.
Manusia-manusia hebat sepanjang sejarah Islam tidak pernah berhenti menangis walaupun mereka telah mendapat jaminan surga Allah. Lihatlah bagaimanakah Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika shalat beliau tidak bisa menahan air matanya.
Aisyah berkata, tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahku (*yaitu tatkala sakit yang menyebabkan beliau meninggal), ia berkata : “Perintahlah Abu Bakar agar menjadi imam sholat orang-orang”. Maka Aisyah berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang yang lembut, jika ia membaca Al-Qur’an maka ia tidak bisa menahan air matanya…” (HR. Al-Bukhari no 664 dan Muslim no 417).
Dalam riwayat yang lain Aisyah berkata, “Sesungguhnya kalau Abu Bakar berada di posisimu (*menggantikanmu sebagai imam) maka para makmum tidak bisa mendengar bacaannya karena tangisannya” (HR. Al-Bukhari no 7303).
Demikian pula Umar bin Khattab, Abdullah bin Syaddaad berkata: “Aku mendengar isakan tangisan Umar, padahal aku berada di saf yang paling terakhir, Umar membaca ayat: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku” (QS Yusuf : 86)”
Mereka menangis karena bimbang nasib mereka di hari akhirat, bimbang jika bekalan mereka ke sana tidak mencukupi atau tidak diterima Allah. Bimbang sehingga membawa mereka menangis karena Allah.
Sadarlah hati kita ini sesungguhnya sangat keras seperti batu. Sudah tiba masanya untuk kita melakukan perubahan di dalam diri ini. Berusahalah untuk menangis karena Allah karena tangisan kita itu akan menyebabkan terhindarnya kita dari sentuhan bara api neraka yang sungguh dasyat.
Lantas, apa yang harus kita lakukan agar kita dapat menangis karena takut kepada Allah? Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar kita dapat menangis karena Allah
Bertakwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh.
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami…” (Q.S. Al-‘Ankabuut: 69)
Mengingat kematian
Sungguh, berbagai kenikmatan dunia telah menghalangi menetesnya air mata dan lahirnya kesedihan hati. Sementara, ingat akan kematian merupakan cara memutus dan menghentikan seluruh kenikmatan yang ada. Oleh karena itu, perbanyaklah mengingat kematian. Rasakanlah segala hal menakutkan yang akan terjadi setelah kematian. Bayangkan bahwa engkau berada di dasar neraka dengan api yang menyala. Semua itu akibat dosa-dosa serta kelalaianmu. Dan menangislah karena ketakutanmu akan siksa Allah.
Menghayati kandungan Al-Qur’an
Menghayati isi Al-Qur’an merupakan cara efektif membuat seorang hamba menangis. Hal ini dapat dilakukan dengan memahami penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an melalui bimbingan ulama. Bacalah Al-Qur’an seolah-olah ia diturunkan kepadamu…
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad: 24)
Banyak berdzikir
Hati yang mati dapat hidup kembali dengan dzikir, sebagaimana tanah yang tandus dapat dihidupkan dengan siraman air.
Beristighfar dan intropeksi diri
Istighfar dapat membersihkan hati dan membuatnya bercahaya, sebagaimana istighfar yang mampu membuat jiwa lebih kuat dan istiqomah. Untuk memperbanyak istighfar, kita perlu intropeksi diri…mengingat kembali dosa-dosa kita.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…” (Q.S. Al-Hasyr: 18)
Memaksa diri untuk menangis
Dari sisi keutamaan, memaksa diri menangis lebih rendah daripada menangis sungguhan. Tetapi, ini merupakan satu cara untuk bisa menangis. Orang yang memaksa dirinya menangis adalah orang yang berjuang menundukkan dirinya dan berusaha meraih keridhaan Allah
Marilah kita sama-sama menanamkan tekad untuk menangis karena takut akibat dosa-dosa yang telah kita lakukan. Bertekadlah untuk menangis biar pun cuma sekali dalam seumur hidup di dunia yang sementara ini. Mencoba menangisi dosa-dosa kita selama di dunia sambil meminta ampun dan bertaubatan nasuha kepada Allah. Karena yang paling penting dan utama adalah ampunan Allah. Sebab seandainya satu-satunya kebaikan seseorang hanyalah taubat itu dan Allah mengampuninya (menerima taubatnya), maka surga menjadi miliknya.. Insya Allah.
Berusahalah… semoga kita dapat menemui manisnya iman di dalamnya.
Wallahu A’lam Bishawab.
Oleh : Syamsu Rijal Efendi (Biro Media Center Salam UI 19)
Komentar
Posting Komentar